Minggu, 12 April 2015



ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN Nn.Y DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
AML-M4 DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
POST KONSOLIDASI LAM8 HARI XV DIRUANG RIIM
RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
TANGGAL 6-7 NOVEMBER 2013

DISUSUSUN OLEH :

1.         RUDI.Ns.S.Kep                            
2.         ELLY WAHYUNI,AMK            
3.         SRI WAHYUNI, AMK
4.         NOOR SITI N.I.S.,SKp
5.         ATI SUNJAWIHARTI, AMK
6.         SITI MALKIAH, AMK
7.         USWATUN HASANAH, AMK
8.         HERDISARI NUGRAHENI, AMK


RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”
JAKARTA
20013
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Kanker adalah penyakit yang paling ditakuti dan mencemaskan. Menurut data WHO 2005 kanker penyebab kematian nomor 2 di dunia, menurut data depkes 2003, kanker penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, sedangakan data Depkes 2004, 100 kasus kanker baru per 100.000 penduduk per tahun, dimanan ada 60% kasus terminal. Salah satu jenis kanker adalah kanker sel darah putih atau sering disebut dengan Leukemia. Insiden dari AML adalah 3.7 per 100.000 orang pertahun. Angka kejadian lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada wanita.
Pengobatan AML didasarkan pada klasifikasi penyakit tersebut, kemoterapi yang diberikan merupakan kemoterapi agresif yang membuat kondisi tubuh pasien dibuat tidak berdaya atau febril netropeni.Berdasarkan hal tersebut  maka petugas kesehatan perlu mengetahui lebih dalam tentang AML dan perawatan khusus pada pasien AML sehingga dapat merawat pasien AML secara bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual melalui pendekatan khusus.
Adapun kemungkinan yang timbul pada pasien AML adalah infeksi akibat leukopeni, perdarahan akibat trombositopeni, anemia dan masalah hospitalisasai disamping efek samping pengobatan.
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok kami tertarik untuk membuat makalah mengenai AML.
B.           TUJUAN
Tujuan umum adalah Perawat mampu memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien dengan AML secara komprehensif.

C.          TUJUAN KHUSUS
1.      Menambah pengetahuan tentang Asuhan keperawatan pada pasien AML
2.      Menambah pengetahuan tentang kemoterapi Agresif
3.      Menambah pengetahuan tentang ruangan RIIM

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.       DEFINISI
                 Leukimia Mielogenus Akut adalah salah satu jenis leukemia dimana sel malignan yang bersifat predominan adalah monosit atau granulosit. (Nettina.2001)
Leukemia Mielogenous akut (LMA) merupakan kanker yang menyebar dengan cepat di dalam darah dan sumsum tulang. Karena yang asli leukemia sel, sumsum tulsng ysng memproduksi berbagai blasts, atau belum,nonfunctional sel. Di bawah keadaan sehat, sel-sel ini akan berkembang menjadi sel-sel darah putih yang memerangi infeksi, sel darh merah membawa oksigen ke seluruh tubuh, atau platelets untuk membantu clotting. Namun, pada orang yang AML, blasts ini tidak mengalami perkembangan normal dan menghambat produksi sel-sel baru. Menurut  FAB AML di klasifikasikan menjadi :
a.       LMA-M0 : Leukemia mieloblastik dengan diferensiasi minimal
b.      LMA-M1 : leukemia mieloblastik tanpa maturasi/diferensiasi
c.       LMA-M2 : Leukemia mieloblastik disertai maturasi /diferensiasi
d.      LMA-M3 : Leukemia promielositik (pro granulositik) hipergranular
e.       LMA-M4 : Leukemia mielomonositik
f.       LMA-M5 : Leukemia monositik
g.      LMA-M6 : Eritroleukemia (DiGuglielmo’s diseases)
h.      LMA-M7 : Leukemia megakarioblastik

B.        EPIDEMIOLOGI
               Kanker adalah penyakit yang paling ditakuti dan mencemaskan. Menurut data WHO 2005 kanker penyebab kematian nomor 2 di dunia, menurut data depkes 2003, kanker penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, sedangakan data Depkes 2004, 100 kasus kanker baru per 100.000 penduduk per tahun, dimanan ada 60% kasus terminal. Salah satu jenis kanker adalah kanker sel darah putih atau sering disebut dengan Leukemia. Insiden dari AML adalah 3.7 per 100.000 orang pertahun. Angka kejadian lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada wanita.
                 Salah satu jenis kanker yang ditandai oleh penimbunan sel darah putih abnormal dalam sumsum tulang adalah leukemia. Menurut WHO (2002) leukemia
terjadi hampir di seluruh dunia. Registrasi kanker telah mencatat sekitar 250.000  kasus baru per tahun dengan CFR 76%. Dari 100.000 kasus baru kanker,  Leukemia  Mielositik Akut (LMA) sekitar 2,5%, sementara Leukemia Limfositik Akut (LMA)
adalah sekitar 1,3%.10

C.        ETIOLOGI
Penyebab LMA sampai saat ini belum di ketahui, tetapi sejumlah factor terbukti berpengaruh dan dapat menyebabkan LMA.
Faktor predisposisi LMA meliputi:
a.       Faktor intrinsik (host)
-       Keturunan
Resiko terjadinya LMA meningkat pada kembar identik penderita LMA, demikian pula pada saudara lainnya.
-       Kelainan Kromosom
Resiko LMA meningkat pada penderita kelainan kromosom seperti sindrom Down, anemia fanconi, sindrom kleinfelter, sindrom bloom, sindrom turner, dan wiskott aldrich.
-       Defisiensi Imun
Sistem imunitas tubuh memiliki kemempuan untuk mengidentifikasi sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan sistem imun dapat menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan selanjutnya berploriferasi hingga menimbulkan penyakit.
b.      Faktor lingkungan
-       Radiasi
Adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi dari reaksi nuklir,radiasi terapi dan radiasi yang berhubungan dengan pekerjaan meningkatkan  insidens LMA pada ahli rdaiologi, penderita dengn pembesaran kelenjar timus, ankilosing spondilitis dan penyakit hodgkin yang mendapat terapi radiasi.
-       Bahan kimia dan obat-obatan
Pemaparan terhadap benzene hidrokarbon dalam jumlah besar dan berlangsung lama, individu yang mendapat pengobatan golongan antrasiklin, agen alkilasi terutama pengguna melfalan jangka panjang pada kanker ovarium, mieloma multiple,kanker payudara, mustard nitrogen pada penyakit hodgkin,klorambusil, busulfan, dan tiotepa dapat meningkatkan resiko LMA.

D.       PENCEGAHAN
            Leukemia sebenarnya penyakit yang sangat rumit yang bisa sangat sulit untuk mendiagnosis dalam tahap awal, tetapi ada tindakan pencegahan tertentu yang dapat Anda ambil untuk mencegah penyakit. Langkah-langkah ini juga akan berkorelasi dengan perubahan dalam gaya hidup seseorang. Bahkan, orang disarankan untuk menghindari mengekspos diri untuk herbisida, insektisida dan bahan kimia lain untuk mengurangi risiko penyakit menghubungi. dan para dokter mengklaim memiliki leukemia, dalam beberapa kasus, mungkin dalam gen garis keturunan tertentu.
            Jika ada riwayat leukemia dalam garis keturunan, ada probabilitas tinggi memukul anggota garis keturunan yang sama. Hal ini juga diperlukan untuk melihat dokter untuk check-up jika seseorang kehilangan berat badan berlebihan pemberitahuan. Dokter juga mengatakan bahwa orang yang berolahraga secara teratur memiliki kesempatan yang rendah untuk mengembangkan leukemia.
                 Meskipun pencegahan Leukemia adalah diet sulit dapat berkontribusi terhadap penampilan. Masyarakat di mana sampah dan lemak makanan yang tidak umum mereka mengurangi kemungkinan mengalami prevalensi leukemia. Jika seseorang telah mengalami beberapa penyakit darah, kemungkinan lebih besar bahwa ia juga mungkin berisiko tertular leukemia. Oleh karena itu, perlu bahwa orang seperti itu mencari bantuan medis sesegera mungkin.
            Setiap kondisi kesehatan kronis bisa sangat sulit untuk menangani, dan kebanyakan orang memiliki masalah ketika diminta untuk menemui dokter sangat sering, terutama ketika Anda sakit. Leukemia adalah penyakit yang mencegah penetrasi efek samping hanya mungkin jika kondisi terdeteksi dini.

E.        PATOFISIOLOGI
              Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan ( proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena keusakn sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik maupun herediter.
              Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya di bentuk hanya dalm sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma di hailkan dalam berbagai organ limfogen ( kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang di bentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar keseluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih di bentuk pada banyak organ ekstra medula.
              Sedangkan secara imulogik, patogenesis leukemia dapat di terangkan sebagia berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk kedalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen tubuh manusia tersebut, maka virus muda masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan  ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari struktur antigen alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A ( Human Leucocyte Locus A). Sisitem HL-A di turunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor herediter.
              Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme ( terjadi granulositopeni, trombositopeni). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung menyebabkan patah tulang. Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal.










Proliferasi Sel Kanker
PATOFISIOLOGI

Infiltrasi
Fraktur fisiologis
Tulang Meregang & melemah
Pembesaran Limfa, liver, nodus limpa & Tulang
Meningitis, Leukemia
Nyeri Tulang & Persendian
Sel-sel kekurangan maknanan
Infiltrasi Ekstra moduler
Metabolisme
Infiltrasi SSP
Trombositopenia
Perdarahan
Demam
Infeksi
Peningkatan tekanan jaringan
Faktor pembekuan
Anemia
Leukosit menurun
Eritrosit menurun
Defresi sum-sum tulang
Sel normal digantikan dengan sel Kanker
Aswill and Droske (1997), Nursing Care of Children Principle and practice
Sel kanker Bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi
 





















F.           PATOFLOW


Patoflow 2





G.    MANIFESTASI KLINIS
a.       Gangguan sungsum tulang
            - Anemia : Fatique, wajah pucat
- Neutropenia, Infeksi demam
- Penurunan jumlah platelet (perdarahan): ptechie, hemorrage, hematom, epistaksis
-  Invasi sungsum tulang dan periosteum: resiko fraktur, nyeri,lesi osteolitik
b.      Infiltrasi,pelebaran,fibrosis (pembentukan jaringan yang melebihi keadaan normal) Hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati
c.       Sistem saraf pusat dan meningen
-          Peningkatan TIK, pelebaran ventrikel : sakit kepala hebat, vomiting, mudah tersinggung, letargi, papil edema
-          Infiltrasi meningen : nyeri dan kaku leher, punggung, episode koma
-          Kelemahan ekstremitas bawah
-          Disfagia
-          Sulit untuk konsentrasi, gangguan memori (efek dari terapi)
-          Ganggauan penglihatan
d.      Hipermetabolisme
-          Pengambilan nutrisi sel normal oleh sel leukemia : kehilangan berat badan, dan fatique.

H.    PROGNOSIS
Dengan mengombinasikan dua klasifikasi pertama, maka leukemia dapat dibagi menjadi:
·            Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih
·            Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
·            Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak
·            Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit
Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak.
Klasifikasi :
Dikenal 2 golongan besar leukemia akut :
·              Leukemia limfoblastik akut (LLA) : sel induk berasal dari sel induk sistem limfoid
·            Leukemia mieloblastik akut (LMA) : sel induk berasal dari sel induk sistem mieloid

I.       PEMERIKSAN PENUNJANG
a.       Pemeriksaan darah tepi, berupa :
-          Penurunan jumlah Hb(5-10mg/dl), hematokrit dan trombosit
-          Jumlah lekosit sangat berfariasi dari 1000/m 3 sampai 100.00/m3
-          Apus darah tepi menunjukkan peningkatan jumlah sel-sel blas imatur
b.      Aspirasi sumsum tulang untuk mendapatkan hitung jenis dengan pewarnaan wright dan giemsa.ditemukan gambaran monotonyaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak, terlihat adanya hiatus leukemia yaitu keadaan yang memperlihatkan banyaknya sel blas/sel darah putih muda(mieloblas), beberapa sel tua(segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel yang berada diantaranya( promielosit,mielosit,metamielosit dan sel batang)
c.       Biopsi sumsum tulang untuk menghitung presentasi selularitas.
-          Sumsum tulang tanpa maturasi > 90% adalah sel blas, terdapat auer bodies (rods)
d.      Foto thorax untuk mendeteksi penyebaran mediastinal
e.       Biopsi nodus limfe untuk mendeteksi penyebaran penyakit
f.       Pungsi lumbal untuk mendeteksi sel-sel leukemik dengan penyebaran sistem saraf pusat
g.      Bone scan untuk mendeteksi penyebaran ke tulang
h.      Renal, liver,dan spleen scan untuk mendeteksi infiltrate se leukemia
i.        Sitogenik
50-70% dari penderita LMA mempunyai kelainan berupa:
-          Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid ( 2n-a), hiperploid (2n+a)
-          Koriotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid
-          Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
-          Terdapat marker chromosome yaitu elemen yang secara morpologis bukan merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil.

J.      PENATALAKSANAAN
a.       Keperawatan
1.      Observasi
-Ukur dan pantau status hemodinamik setiap 4 jam
-Observasi adanya demam dan tanda-tanda infeksi.
-Kaji fungsi pernafasan setiap 4 jam jika masih ada gejala-gejala bila masih ada jika tidak ada lakukan setiap 8 jam.
-Kaji adanya perubahan-perubahan status mental setiap 8 jam
-Observasi adanya tanda-tanda perdarahan minor seperti ptechiae, ekimosis, infeksi konjungtiva, epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan pada daerah pungsi, bercak vagina.
- Observasi adanya perdarahan nyata atau samar pada urine, feces atau 
   Emesis
2.      Pencegahan infeksi
- Tempatkan pasien di ruang isolasi.
-  Hati-hati melakukan tindakan yang dapat menyebabkan trauma pada
   kulit atau membran mukosa.
-  Hindari pemakain termometer rectal karena beresiko melukai anus.
-  Hindari pemberian makanan yang meningkatkan kolonisasi bakterial
   pada traktus GI seperti sayuran mentah, daging yang belum matang.
- Bantu klien melakukan oral hygiene.
- Pertahankan pasien untuk tetap tirah baring jika terjadi perdarahan
                  3.  Pendidikan kesehatan.
                        - Ajarkan keluarga cara mencuci tangan yang baik serta menghindari
                          sumber-sumber infeksi seperti lingkungan , kunjungan ke rumah
                          sakit
                        - Ajarkan keluarga untuk mengenali dan melaporakan jika timbul tanda
                          dan gejala infeksi
b.      Kolaborasi
-          Hitung jumlah trombosit setiap hari
-          Hitung jumlah granulosit, jika konsentrasi di bawah 500µL mengindikasikan resiko yang serius terhadap infeksi.
-          Antibiotika untuk mencegah infeksi, analgesik dan anti emetik
-          Kemoterapi Induksi
Kemoterapi awal biasanya di berikan kombinasi cytarabine ( selama 7 hari) dengan golongan antrasiklin seperti daunnorubisin ( selama 3 hari). Terapi kombinasi ini merupan agens induksi yang paling efektif dan memberikan hasil remisi.
Pemeriksaan sumsum tulang diulang pada minggu kedua setelah terapi untuk melihat respon antileukemik yang di gunakan. Respon yang positif di tunjukkan dengan adanya sum-sum tulang yang hiposeluler dan aplastik. Pemeriksaan sumsum tulang di ulang jika hitung sel darh tepi mulai menunjukkan perbaikan.
Jika tanda-tanda leukemia berlanjut 3-4 minggu setelah di mulainya induksi atau selularitas sumsum tulang kembali puli ( tercapainya remisi) diberikan kemoterapi tambahan ( kemoterapi konsolidasi) dengan obat dan dosis yang sama.
-          Transplantasi sumsum tulang
Biasanya di lakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda ( pada anak) yang menunjukkan remisi yang baik pada awal pengobatan.
-          Radiasi cranial dan sitosin arabinosid intratekal dan atau metrotreksat di lakukan jika timbul gangguan susunan saraf pusat.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
a.       Aktivitas
Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
b.      Sirkulasi
Palpitasi, tachicardia, kulit dan membran mukosa pucat, defisit syaraf cranial
c.       Eliminasi
Diare, nyeri tekan perianal, melena, urinemia
d.      Integritas ego
Depresi, menarik diri, muda tersinggu
e.       Makanan/ cairan
Anoreksi, penurunan berat badan, disfagia, distensi abdomen, penurunan bising usus, splenomegali, hepatomegali, stomatitis, hipertrofi gusi.
f.       Neurosensori
Penurunan koordinasi, pusing.
g.      Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, gelisah, focus pada diri sendiri.
h.      Pernapasan
Nafas pendek, dispnea, takipnea.
i.        Keamanan
Riwayat infeksi, perdarahan spontan dengan trauma minimal, demam, infeksi, perdarahan gusi, epistaksis, splenomegali, hepatomegali, limpadenopati.
j.        Penyuluhan/Pembelajaran
Keluarga kurang informasi tentang prognosis penyakit, kebutuhan pengobatan dan terapi.




B.     ANALISA DATA
·         Subjektif
Klien sering mengeluh letih , lesu lemah dan mudah kelelahan, di bagian badan terdapat lebab
·         Objektif
Terdapat lebab, terajadi epitaksis, sering mengalami peningkatan suhu tubuh dan tidak sembuh dengan obat intipiretik

C.    PRIORITAS MASALAH
a.       Resiko infeksi berhubungan tidak kuatnya pertahanan sekunder : gangguan kematangan sel darah putih ( penurunan granulosit)
b.      Resiko perdarahan berhubungan dengan trombosit yang rendah.
c.       Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui muntah, perdarahan, penurunan masukan cairan mual, anoreksi, peningkatan kebutuhan cairan status hipermetabolik, demam.
d.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kutang
e.       Nyeri berhubungan dengan agen fisikal : pembesaran organ/ nodus limfe, infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemik, agen kimia pengobatan leukemik
f.       Intolenransi aktifias berhubungan dengan kelemahan, pembatasan aktivitas ( tirah baring)
g.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, kebutuhan pengobatan.


D.    PERENCANAN
Dx 1. Resiko infeksi berhubungan tidak kuatnya pertahanan sekunder : gangguan kematangan sel darah putih ( penurunan granulosit)
       Tujuan : Meelakukan tindakan pencegahan/menurunkan resiko infeksi
       Kriteria Hasil : Menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan lingkungan Meningkatkan penyembuhan
       Intervensi keperawatan :
1.      Tempatkan klien pada ruangan khusus.Batasi pengunjung sesuai indikasi
2.      Berikan  protokol untuk mencuci tangan yang baik untuk petugas dan pengunjung.
3.      Ukur suhu, perhatikan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi.Observasi demam sehubungan dengan takikardia , hipotensi, perubahan mental samar.
4.      Berikan kompres hangat
5.      Inspeksi kulit untuk nyeri tekan ,area eritema tosus, luka terbuka,bersihkan kulit dengan larutan anti bakterial.
6.      Lakukan oral hygiene,gunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
7.      Jaga kebersihan perianal
8.      Dorong peningkatan ,masukan makanan tinggi protein dan cairan
9.      Hindari/batasi prosedur invasif ,contoh : tusukan jarum dan injeksi bila memungkinkan.
10.  Kolaborasi : pemerikasaan darah lengkap ,perhatikan apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan neurotropil
11.  Kultur gram atau sensitivitas
12.  Berikan obat sesuai indikasi contoh: antibiotik
13.  Hindari antipiretik yang mengandung aspirin
14.  Berikan diet rendah bakteri ,misal : makanan dimasak,diproses.
Dx.2 Resiko perdarahan berhubungan dengan trombosit yang rendah.
      Tujuan : Perdarahan tidak terjadi
      Kriteria hasil :
-           Jumlah trombosit lebih dari 20.000mm3
-          Ptekie tidak ada
-          Epitaksis dan hematuri tidak ada
Intervensi keperawatan :
1.      Kaji tanda-tanda perdarahan klien
2.      Anjurkan klien untuk istirahat selama perdarahan aktif,observasi penurunan nadi dan tekanan darah
3.      Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah sesuai program dokter
4.      Kolaborasi dengan tim medis dalam mengontrol perdarahan
5.      Monitor hasil laboratorium
Dx.3 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui muntah, perdarahan, penurunan masukan cairan mual, anoreksi, peningkatan kebutuhan cairan status hipermetabolik, demam.
Tujuan : Menunjukkan intake cairan yang adekuat
Kriteria hasil:
-          Tanda-tanda vital stabil
-          Nadi teraba
-          Menunjukkan perubahan perilaku mencegah terjadinya defisit cairan
Intervensi keperawatan:
1.      Catat intake –output per 24jam
2.      Timbang berat badan tiap hari
3.      Ukur tekanan darah dan frekuensi jantung
4.      Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa
5.      Observasi adanya mual, demam.
6.      Inspeksi kulit atau membran mukosa untuk petekie , area ekimosisi, perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada faeses dan urine, perdarahan lanjut dari sisi tusukan invasif
7.      Ajarkan keluarga tentang tindakan untuk mencegah cedera jaringan/perdarahan, contoh: sikat gigi/gusi dengan sikat gigi halus, usapan kapas.
8.      Kolaborasi  dalam memberikan diet halus
9.      Berikan cairan IV sesuai indikasi
10.  Observasi pemeriksaan laboratorium, contoh :Hb, Ht,pembekuan
11.  Berikan transfusi,SDM, Trombosit,faktor pembekuan
12.  Pertahankan alat akses vaskuler,central,eksternal(katheter subclavia, tunneld,atau port implan)
13.  Berikan obat sesuai indikasi,contoh : ondancentron/Zofran, pelunak faeses
Dx.4 Nyeri berhubungan dengan agen fisikal : pembesaran organ/ nodus limfe, infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemik, agen kimia pengobatan leukemik
Tujuan : melaporkan nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-          Klien bisa istirahat
-          Tidak gelisah
Intervensi keperawatan :
1.      Evaluasi keluhan nyeri.perhatikan perubahan derajat dan sisi (Skala 0-10)
2.      Ukur tanda vital, perhatikan petunjuk non verbal misalnya : tegangan otot, gelisah.
3.      Tempatkan pasien pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan bantal atau bantalan
4.      Ubah posisi secara periodik dan berikan /bantu latihan rentang gerak lembut
5.      Berikan tindakan kenyamanan ,misalnya : pijatan, kompres dingin, dan dukungan psikologis
6.      Berikan aktivitas pengalihan seperti membaca buku cerita
Dx5.  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
            Tujuan : Memperthankan kondisi pasien.
            Kriteria Hasil :
-          Klien makan atau minum, berat badan stabil
-          Muntah minimal atau tidak ada
-          Diare tidak ada atau minimal
Intervensi keperawatan :
1.      Monitor berat badan tiap minggu
2.      Catat jumlah kalori dan makanan yang dihabiskan
3.      Kaji muntah dan obat yang diberikan
4.      Kaji keutuhan mukosa mulut dan motivasi klien untuk perawatan mulut dan evaluasi
5.      Motivasi klien untuk makan porsi kecil
6.      Kolaborasi pemberian antibiotik dan analgetik topikal serta pemberian diet tinggi kalori dan protein.


Dx. 6 Intolenransi aktifias berhubungan dengan kelemahan, pembatasan  aktivitas ( tirah baring)
         Tujuan : Mampu lakaukan aktivitas sesuai toleransi
         Kriteria hasil :
-          Berpartisipasi selama tindakan perawatan
-          TTV dalam batas normal
Intervensi keperawatan :
1.      Evaluasi kelemahan, kemampuan berpartisipasi selama tindakan keperawatan/aktivitas
2.      Bantu ambulasi / aktivitas lain sesuai indikasi
3.      Melakukan kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
Dx.7 Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, kebutuhan pengobatan
   Tujuan : keluarga menyatakan pemahaman  terhadap proses penyakit, kebutuhan pengobatan
            Kriteria hasil :
-          Keluarga melakukan perubahan perilaku sesuai penyuluhan
-          Keluarga berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi Keperawatan :
1.      Evaluasi ulang pemahaman keluarga
2.      Berikan informasi kepada keluarga mengenai program pengobatan dan kemungkinan efek samping, proses penyakit

E.            EVALUASI
·         Infeksi tidak terjadi
·         Volume balance cairan dan intake cairan adekuat
·         Nyeri hilang / terkontrol
·         Melakukan aktivitas sesuai batas toleransi
·         Menunjukkan pemahaman dan perubahan perilaku.

F.            PERSIAPAN PASIEN PULANG
1.      Jadwal control ke dokter di RS
2.      Jadwal Pemeriksaan laboratorium sebelum control
3.      Cara minum obat di rumah
4.      Perawatan CVAD bila terpasang : jadwal, tempat, petugasnya, teknik steril
5.      Hindari kontak langsung dengan orang lain yang sedang kurang sehat untuk menghindari infeksi
6.      Segera ke pusat pelayanan kesehatan bila ada keluhan seperti : perdarahan, febris, mual/ muntah hebat, dan diare.


BAB III
PEMBAHASAN KASUS

·         PENGKAJIAN
Identitas Klien                                                                                           Tgl  Pengkajian  : 6/11/2013
Nama                            : Nn. Yarisa                                                          Ruangan              : RIIM
Usia                               : 25 Than                                                              No. Registrasi    : 15-51-99
JK                                    :Perempuan                                                       TB/BB                    : 1170/47 kg
Status perkawinan  : Lajang                                                                 Golda                    : O
Pendidikan                 : sdng Kuliah
Pekerjaan                   : Mahasiswa
Agama                          : Islam
Alamat                          :  Bandung
Diagnosa Masuk       : AML-M4 Pro Konsolidasi Lam 8

·         RIWAYAT KESEHATAN
I.        STATUS KESEHATAN SAAT INI
Nn, Y di rawat di RIIM sejak tanggal 16 Oktober 2013 dengan diagnose AML-M4 pro kemotherapi konsolidasi LAM 8 ke 2,  alasan kunjungan yaitu Kemoterapi Agresif (sistemik), awalnya kemoterapi I dan 2 di berikan di RIIM. Keluhan saat ini hanya mengeluh mual dan kadang-kadang badan suka trerasa dingin.
II.      RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a.       Penyakit Yang Pernah Dialami
Penyakit yang pernah dialami yaitu AML –M4 post induksi LAM 8, post konsolidasi I LAM 8 dirawat pada tanggal ………., Rwt Alergi tidak ada, Kebiasaan merokok   (-), minum alcohol (+), Obat-obatan (-), setelah diberikan kemo 1 rambut rontok, mual, muntah, dan diare






III.    Riwayat Kesehatan keluarga
Genogram


 









Klien mengatakan tidak ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang serupa dengan dirinya .

·          PEMERIKSAAN FISIK
Tanda- tanda Vital : TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/mnt, S = 36,5 ˚C, RR = 20 x/mnt
Tingakt Kesadaran : Composmentis GCS 15 Ku: sakit sedang
1.       NUTRISI              
Keluhan yang disarakan klien yaitu klien merasa mual,  sariawan (-). Kebiasaan pola makan klien teratur 3x/hari , klien mengatakan tidak begitu menyukai makanan yang disediakan oleh RS, nafsu makan kurang baik, minuman diberikan 2 gelas dalam satu kali dinas hanya menghabiskan 1 gelas.
Pengkajian Nutrisi           : mulut benjolan (-), stomatitis (-), bau (-)
Gigi                                        : tidak lengkap
Lidah                                     : benjolan (-), kotor (+), nyeri (-)
Esophagus                          : reflex menelan ada
Tenggorokan                     : tidak ada keluhan
Abdomen                            : bising usus 12-16 x/m, suara typhani
Gangguan Sal.Cerna       : nyeri (+), mual (+), muntah (-), distensi (-), asites (-), tumor (-), luka (-)
Intake nutrisi                     : oral


SEBELUM SAKIT
SETELAH SAKIT
·         Kebiasaan pola makan klien teratur 3x/hari
·         Nafsu makan bagus
·         Porsi makan setengah piring
·         Makanan berupa nasi


·         Kebiasaan pola makan klien teratur 3x/hari (Diatur pemberianya oleh Gizi
·         Nafsu makan setelah kemo 1 & 2 sedikit menurun, dan saat persiapan kemo konsolidasi LAM 8 nafsu makan mulai baik setelah konsolidasi terasa mual kembali .
·         Porsi makan sepiring kadang habis, kadang tidak habis
·         Makanan berupa TKTP

2.       ELIMINASI
Tidak ada Keluhan eliminasi, BAB/BAK lancer.
3.       AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Mobilisasi klien semampunya. Aktivitas makan dan minum dilakukan sendiri.
SEBELUM SAKIT
SETELAH SAKIT
·         Klien mengatakan di rumah dapat mandi sendiri 2x/hr tanpa bantuan
·         aktivitas makan dan minum dapat dilakukan sendiri
·         mobilitas dilakukan sendiri


·         aktivitas makan dan minum dapat dilakukan sendiri
·         Mobilitas dibantu jika nilai Trombosit rendah

4.       SIRKULASI
Tanda- tanda Vital : TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/mnt, akral hangat, BJI-II regular normal, murmur negative, gallop negative.  Infuse CVC terpasang
Tidak ada keluhan pada sirkulasi.Hb 9,1
5.       PERNAFASAN
Jalan nafas paten, sputum -, RR 20x/mnt, irama teratur, suara nafas vesikuler, batuk (-), rh -/-, wh -/-
6.       KENYAMANAN
Keluhan nyeri tidak ada ROM aktif..  Luka (-), dekubitus    (-),
7.       SEKSUALITAS
Pola seksualitas klien selama kemoterapi induksi LAM  8 pernah mengalami menstruasi dan pernah di konsulkan ke dokter SpOG. Klien mendapatkan terapi Yasmin  1 x 1
8.       PSIKOSOSIAL
Suasana klien tampak tenang, emosi stabil, kepribadian terbuka, komunikasi jelas, pertahanan /koping terhadap pengambilan keputusan dibantu, yang dilakukan bila stress yaitu nonton film. Sistem nilai kepercayaan yaitu beragama Islam.

·            PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.       Laboratorium
Tanggal
Spesimen
Komponen Hasil
Kadar normal
6/11/13






7/11/13
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit

Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit

9,1
0,24
51
3,2
26,1


11,2 pots PRC
0.26
38
3.89
31.8

12-16 g/dl
5-10 ribi/ul
150-440 rb/ul




12-16 g/dl
5-10 ribi/ul
150-440 rb/ul

2.       Radiologi Thorax
Hasil Foto Thorak terakhir tanggal 16/9/2013 tidak tampak kelainan pada janjung dan paru.
3.       Echocardiography
1.       Katub-katub tidak tampak kelainan
2.       Dimensi ruang jantungtak ada kelainan
3.       Fungsi system LV tak, (EF  55 %)
4.       Fungsi diastole LV terganggu 1E/A
Kesimpulan: normal LV system fungsi diastolis dysfungtion.


·         PENATALAKSANAAN MEDIS
·         Setrovel 2 x 5 m
·         Meronem 3 x 1 gr/ drip dlm ns 100 cc habis dalam 30’
·         Amikasin 1 x 1000 mg iv bolus
·         Diflucan Drip 1 x 200 mg
·         Tamoliv 3 x 1000 mg bila febris ≥ 38,5° C
·         Activan 1 x 0,5 mg
·         Urdafalk 3 x 1
·         HpPro 3 x 2
·         Yasmin 1 x 1
·         Cravit 1 x 500 mg
·         Cpsul Campur ( valsatron 5 mg, bisoprolol 1,25 mg, spirolacton 3,125 mg 1 x 1

Protokol Kemoterapi
·         Infuse Dexinsaline 500 cc 8 jam/kolf
·         Hari 1 ---- Premodikasi :
1.          sentrovel 5 mg/iv/12jam
2.          Rantin 1 Amp/ iv
3.          Diphenhidramin 1 Amp/ iv
4.          Dekamethason 1 Amp/ iv

·         Hari 1 ----Obat Kemoterapi : TB : 170 cm        BB : 47 Kg             LPB : 1.52
Ø  D1 : Drip dourobicin 69 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc selama 1 jam, bilas Nacl 0,9% 10 menit
Ø  Bolus ara C/Alexan D 1 : 75 mg/IV /12 jam, D2 s.d D7 : 82 mg/ iv/ 12 jam
Ø  Drip ara C/Alexan  D1 : 164 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24 jam, D2 s.d D7 Drip ara C/Alexan  D1 : 150 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24 jam
·         Kembali ke IVFD dexinsaline 500 cc 8jam/kolf.





Protokol Konsolidasi LAM 8
No
Nama obat
dosis
Cara pemberian
22/10
23/10
24/10
25/10
26/10
27/10
28/10
1
2
3
4
5
6
7
1
Daunorubicin 45mg/m2
69mg
Drip dlm NaCl 0,9% 100 cc
X






2
Alexan/Ara C 50mg/m2
D1: 82 mg
D2-D7 : 75 mg
Iv bolus tiap 12jam
X
X
X
X
X
X
X
3
Alexan/Ara C 100mg/m2
D1 : 164 mg
D2-D7: 75 mg
Drip dlm Nacl 0,9%
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B

B.      ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF
·         klien mengeluh mual
·         Klien mengatakan ada riwayat muntah pada saat kemo induksi & konsolidasi 1
·         klien mengeluh kurang nafsu makan
·         Klien mengeluh suka merasa badannya dingin
·         Klien mengatakan di ekstremitas bawah ada bintik-bintik merah
DATA OBJEKTIF
·         Kesadaran CM
·         Terpasang CVAD di subklavikula kanan
·         Ku Sakit sedang
·         Kebiasaan pola makan klien teratur 3x/hari (Diatur pemberianx oleh Gizi
·         Nafsu makan setelah kemo menurun.
·         Porsi makan sepiring kadang habis, kadang tidak habis
·         Pos kemoterapi konsolidasi Lam 8 hari ke 15
·         Infuse CVC terpasang
·         Leukosit 0,24 (5-10)
·         Trombosit 51 (150-450)
·           Aktivitas semampu klien
·           Hb 9,1 (12-16)
·           TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/mnt
·           Makan Habis ½ porsi
·           Mual (+), muntah (-)
·           BB : 47 kg TB : 170 cm, BB sebelum di rawat : 50 Kg
·            Tanda- tanda Vital : TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/mnt, S = 36,5 ˚C, RR = 20 x/mnt
·            CVP jam 12.00 :
ANALISA DATA
No
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
1
Faktor Resiko:
-          Pos kemotherapi konsolidasi Lam 8 hari ke 15
-          Ku Sakit sedang
-          Infuse CVAD terpasang
-          Leukosit 0,24 (5-10)
RESIKO TINGGI INFEKSI
Pasca Kemoterapi:
Leukopenia

2.
Faktor resiko:
-          Pos kemotherapi konsolidasi Lam 8 hari ke 15
-          Ku Sakit sedang
-          Trombosit 51 (150-450)
-          Ptecie di extremitas bawah
RESIKO TINGGI PERDARAHAN
Pasca kemoterapi:
Trombositopenia

3.
FAKTOR RESIKO:
-          Pos kemotherapi konsolidasi Lam 8 hari ke 15
-          klien mengeluh mual
-          klien mengeluh kurang nafsu makan
-          Porsi makan sepiring kadang habis, kadang tidak habis
-          Klien mengatakan ada riwayat muntah pada saat kemo induksi & konsolidasi 1

RESIKO TINGGI PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
Pasca kemoterapi:
Mual & muntah
Anoreksia
Intake Yang Kurang


No
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
3.
-          Makan Habis ½ porsi
-          BB : 47 kg TB : 170 cm, BB sebelum di rawat : 50 Kg



4.
FAKTOR RESIKO:
-          Pos kemotherapi konsolidasi Lam 8 hari ke 15
-          mual (+)


RESIKO DEFISIT VOLUME CAIRAN
Pasca kemoterapi:
Mual & muntah
Diare





















C.      PRIORITAS MASALAH
1.       Risiko Tinggi infeksi b. d Pasca Kemoterapi: Leukopenia
2.       Risiko tinggi perdarahan b.d Pasca Kemoterapi: Trombositopenia
3.       Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d Pasca kemoterapi: Mual & muntah , Anoreksia, Intake Yang Kurang
4.       Risiko tinggi deficit volume cairan b.d Pasca kemoterapi: Mual & muntah Diare











D.      RENCANA KEPERAWATAN
NO
TGL
DX KEP
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
1
6/11/13
RESIKO TINGGI INFEKSI
Tujuan:
Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan, K.H:
-          Suhu < 38˚C
-          Leukosit  2000-4000/ul

1.       Observasi tanda-tanda vital
2.       Kaji bagian tubuh yang berisiko infeksi: mulut, gusi, luka, dan tindakan invasive
3.       Monitor kadar leukosit
4.       Gunakan teknik aseptic dan antiseptic
5.       Monitor adanya kemerahan pada tenggorokan, kulit, perut, adanya batuk, dan perubahan dalam jenis dari sputum dan feses.
6.       Cegah komplikasi dengan mengontrol Kebersihan lingkungan
7.       Tempatkan klien dalam ruangan khusus (ruang RIIM) dan batasi pengunjung
8.       Anjurkan klien oral hygine, Personal Hygine, kebersian perineal dengan air betadine
9.       Kolaborasi obat (G-CSF: neupogen, GM-CSF: leukin, prokine, antibiotic, anti jamur


NO
TGL
DX KEP
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
2
6/11/13
RESIKO TINGGI PERDARAHAN
Tujuan :
Perdarahan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan, k.H:
-          Jumlah trombosit >20000
-          Ptechie tidak ada
-          Hematuri tidak ada
-          Hb>10 gr/dl
1.       Kaji daerah yang sering terjadi perdarahan; membrane mukosa, kulit, saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, intracranial.
-          Monitor hsl lab trombosit per hari
-          Observasi ptechie dan echimosis
2.       Monitor Vital Sign
3.       Observasi dan monitor tingkat kesadaran
4.       Hindari ciderah dan trauma
5.       Minimalkan tindakan invasive
6.       Batasi aktivitas/bedrest
7.       Beri transfuse TC (kolaborasi)
3
6/11/13
RESIKO TINGGI PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
Tujuan :
Klien dapat mempertahankan kondisinya setelah dilakukan tindakan keperawatan, k.h:
-          Klien mau makan dan minum
-          Berat badan klien stabil

1.       Kaji jumlah, warna, konsistensi, frekuensi dan episode muntah
2.       Catat jumlah kalori dan makanan yang dihabiskan
3.       Ukur BB per minggu
4.       Ajarkan klien untuk perawatan mulut



NO
TGL
DX KEP
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
3
6/11/13
RESIKO TINGGI PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
-          Muntah dan diare minimal atau tidak ada

5.       Beri makan porsi kecil dan sering
6.       Hindari makan satu atau dua jam sebelum dan sesudah kemo
7.       Beri obat anti mual
8.       Kolaborasi dengan gizi
9.       Kolaborasi pemberian enteral dan parenteral
10.   Monitor kadar albumin

4
6/11/13
RESIKO DEFISIT VOLUME CAIRAN
Tujuan :
Menunjukkan intake cairan yang adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan, K.H:
-          VS stabil
-          Turgor kulit baik
-          CRT <2 dtk

1.       Catat intake dan output per 24/jam
2.       Observasi VS dan frekuensi jantung
3.       Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi umum membrane mukosa
4.       Observasi adanya mual dan muntah
5.       Observasi hasil lab (hgb, HCT)
6.       Anjurkan untuk minum air 8 gelas sehari







E.       IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL
JAM
NO.DX
TINDAKAN KEP
RESPON/HASIL
TTD
6/11
12.10
1,2,4
Mengobservasi vital sign, mengukur CVP
Tanda- tanda Vital : TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/mnt, S = 36,5 ˚C, RR = 20 x/mnt, CVP : + 8

12.10
3
Memberikan obat injeksi setrovel 5 mg iv bolus.
Iv bolus pelan-pelan

12.15
3
Memberikan makan siang diet TKTP
Makan diet TKP 1 Porsi

12.45
3
Mencatat jumlah makanan yang dihabiskan
Habis ½ porsi.

7/11

08.30
1,2
Mengobservasi TTV, tanda-tanda perdarahan
Tanda- tanda Vital : TD = 100/70 mmHg, N = 84x/mnt, S = 36,5 ˚C, RR = 20 x/mnt, tanda-tanda perdarahan tidak ada

09.00
1, 4
Mengganti Balutan CVC dengan teknik steril, mengobservasi balance cairan / 24 jam :  + 1357 post PRC 373 cc,
CVC bersih tidak tampak tanda-tanda infeksi

10.00
1,2
Memberikan Obat injeksi meronem 1 gr/ drip dalam Ns 100 30’, mengobservasi hasil lab
Obat masuk via iv line lancer tiadk ada keluhan setelah pemberian obat, HB: 11,2 L: 0,26 Tr : 38



EVALUASI
TGL
NO.DX
SOAP
TTD
6/11/13
1
S:-
O: ku: sakit sedang, CM, leukosit 0,24, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, VS: TD:110/70, N:80, P:20, S:36,5
A: Resiko masih mengancam
P:  intervensi dilanjutkan

6/11/13
2
S:-
O: VS: TD:110/80, N:64, P:20, S:36, , ptekie (+), trombosit 51, Bedrest
A:resiko masih mengancam
P: intervensi dilanjutkan

6/11/13
3
S: klien mengatakan masih merasa mual
O: makanan habis ½  porsi, air minum 1 gelas, diet TKTP,
A: resiko tinggi masih mengancam
P: intervensi dilanjutkan

6/11/13
4
S: klien mengatakan tidak terlalu suka minum air putih
O:  lidah terlihat bersih, CVP jam 12 : + 8, turgor kulit normal, klien dapat terapi amikasin 1 x 1000 mg
A: resiko masih mengancam
P: intervensi dilanjutkan














TGL
NO.DX
SOAP
TTD
7/11/13
1
S:-
O: ku: sakit sedang, CM, leukosit 0,24, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, Tanda- tanda Vital : TD = 100/70 mmHg, N = 84x/mnt, S = 36,5 ˚C, RR = 20 x/mnt GB CVC (+), CVC bersih tidak ada tanda-tanda infek Leukosit : 0,26
A: Resiko masih mengancam
P:  intervensi dilanjutkan

7/11/13
2
S:-
O: Tanda- tanda Vital : TD = 100/70 mmHg, N = 84x/mnt, S = 36,5 ˚C, RR = 20 x/mnt, ptekie (+) berkurang, trombosit 38, Bedrest
A:resiko masih mengancam
P: intervensi dilanjutkan

7/11/13
3
S: klien mengatakan masih merasa mual
O: makanan habis ½  porsi, air minum 1 gelas, diet TKTP,
A: resiko tinggi masih mengancam
P: intervensi dilanjutkan

7/11/13
4
S: -
O:  lidah terlihat bersih, turgor kulit baik, IVFD dexinsaline 500 cc/ 8 jam, masih mendapat terapi amikasin 1 x 1000 mg
A: resiko masih mengancam
P: intervensi dilanjutkan








F.       PERSIAPAN PASIEN PULANG
1.         Jadwal control ke dokter di RS
2.         Jadwal Pemeriksaan laboratorium sebelum control
3.         Cara minum obat di rumah
4.         Perawatan CVAD bila terpasang : jadwal, tempat, petugasnya, teknik steril
5.         Hindari kontak langsung dengan orang lain yang sedang kurang sehat untuk menghindari infeksi
6.         Segera ke pusat pelayanan kesehatan bila ada keluhan seperti : perdarahan, febris, mual/ muntah hebat, dan diare.



























BAB IV
PENUTUP


A.      KESIMPULAN
1.       Leukimia Mielogenus Akut adalah salah satu jenis leukemia dimana sel malignan yang bersifat predominan adalah monosit atau granulosit.
2.       Penyebab LMA sampai saat ini belum di ketahui, tetapi sejumlah factor terbukti berpengaruh dan dapat menyebabkan LMA.
3.       Pasien yang dikaji dalam kelompok kami yaitu Nn. Y di rawat di Ruang RIIM sejak tanggal 16/10/2013 dengan diaagnosa AML-M4 pro konsolidasi LAM 8 yang ke 2, alasan kunjungan yaitu Kemoterapi Agresif (sistemik), beliau mendapatkan 3 jenis obat yatu :
Ø  D1 : Drip dourobicin 69 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc selama 1 jam, bilas Nacl 0,9% 10 menit
Ø  Bolus ara C/Alexan D 1 : 75 mg/IV /12 jam, D2 s.d D7 : 82 mg/ iv/ 12 jam
Ø  Drip ara C/Alexan  D1 : 164 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24 jam, D2 s.d D7 Drip ara C/Alexan  D1 : 150 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24 jam
4.       Diagnose yang diangkat ada 4 yaitu:
·            Resiko Tinggi Infeksi
·            Resiko Tinggi Perdarahan
·            Resiko Tinggi Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
·            Resiko Deficit Volume Cairan
B.      SARAN
·         Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi bahan pembelajaran pelatihan kemoterapi, dan dapat dijadikan bahan bacaan bagi pembaca.






DAFTAR PUSTAKA

http://emweje.com (Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
http://www.parkwaycancercentre.com/bahasa-indonesia/education/leukemia (Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
http://nurse-poltekkes.blogspot.com/2012/03/askep-leukemia.html (Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
(2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Ns.Wiwik Handayani,S.Kep dan dr. Andi Sulistyo Heribowo, Salemba Medika
Aswill and Droske (1997), Nursing Care of Children Principle and practice
Online ) diakses tanggal 6 November 2013
(2008), Standar Asuhan Keperawatan Kanker Edisi Revisi III Lampiran SK. NO: 
HK.00.06/I/5596/2008. Rumah Sakit Kanker Dharmais.