ASUHAN
KEPERAWATAN
PASIEN
Nn.Y DENGAN GANGGUAN SISTEM
HEMATOLOGI
AML-M4 DALAM PEMBERIAN
KEMOTERAPI
POST KONSOLIDASI LAM8 HARI XV DIRUANG RIIM
RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”
TANGGAL
6-7 NOVEMBER 2013
DISUSUSUN OLEH :
1.
RUDI.Ns.S.Kep
2.
ELLY WAHYUNI,AMK
3.
SRI WAHYUNI, AMK
4.
NOOR SITI
N.I.S.,SKp
5.
ATI
SUNJAWIHARTI, AMK
6.
SITI MALKIAH,
AMK
7.
USWATUN HASANAH,
AMK
8.
HERDISARI
NUGRAHENI, AMK
RUMAH SAKIT
KANKER “DHARMAIS”
JAKARTA
20013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kanker
adalah penyakit yang paling ditakuti dan mencemaskan. Menurut data WHO 2005 kanker penyebab kematian nomor 2
di dunia, menurut data depkes 2003, kanker penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, sedangakan data Depkes 2004, 100 kasus kanker baru per 100.000
penduduk per tahun, dimanan ada 60% kasus terminal. Salah
satu jenis kanker adalah kanker sel darah putih atau sering disebut dengan
Leukemia. Insiden dari AML adalah 3.7 per 100.000 orang pertahun. Angka
kejadian lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada wanita.
Pengobatan
AML didasarkan pada klasifikasi penyakit tersebut, kemoterapi yang diberikan
merupakan kemoterapi agresif yang membuat kondisi tubuh pasien dibuat tidak
berdaya atau febril netropeni.Berdasarkan hal tersebut maka petugas kesehatan perlu mengetahui lebih
dalam tentang AML dan perawatan khusus pada pasien AML sehingga dapat merawat
pasien AML secara bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual melalui pendekatan
khusus.
Adapun
kemungkinan yang timbul pada pasien AML adalah infeksi akibat leukopeni,
perdarahan akibat trombositopeni, anemia dan masalah hospitalisasai disamping
efek samping pengobatan.
Berdasarkan
uraian diatas maka kelompok kami tertarik untuk membuat makalah mengenai AML.
B.
TUJUAN
Tujuan umum adalah Perawat mampu
memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien dengan AML secara komprehensif.
C.
TUJUAN
KHUSUS
1. Menambah
pengetahuan tentang Asuhan keperawatan pada pasien AML
2. Menambah
pengetahuan tentang kemoterapi Agresif
3. Menambah
pengetahuan tentang ruangan RIIM
BAB
II
LANDASAN TEORITIS
A.
DEFINISI
Leukimia
Mielogenus Akut adalah salah satu jenis leukemia dimana sel malignan yang
bersifat predominan adalah monosit atau granulosit. (Nettina.2001)
Leukemia Mielogenous
akut (LMA) merupakan kanker yang menyebar dengan cepat di dalam darah dan
sumsum tulang. Karena yang asli leukemia sel, sumsum tulsng ysng memproduksi
berbagai blasts, atau belum,nonfunctional sel. Di bawah keadaan sehat, sel-sel
ini akan berkembang menjadi sel-sel darah putih yang memerangi infeksi, sel
darh merah membawa oksigen ke seluruh tubuh, atau platelets untuk membantu
clotting. Namun, pada orang yang AML, blasts ini tidak mengalami perkembangan
normal dan menghambat produksi sel-sel baru. Menurut FAB
AML di klasifikasikan menjadi :
a. LMA-M0
: Leukemia mieloblastik dengan diferensiasi minimal
b. LMA-M1
: leukemia mieloblastik tanpa maturasi/diferensiasi
c. LMA-M2
: Leukemia mieloblastik disertai maturasi /diferensiasi
d. LMA-M3
: Leukemia promielositik (pro granulositik) hipergranular
e. LMA-M4
: Leukemia mielomonositik
f. LMA-M5
: Leukemia monositik
g. LMA-M6
: Eritroleukemia (DiGuglielmo’s diseases)
h. LMA-M7
: Leukemia megakarioblastik
B.
EPIDEMIOLOGI
Kanker
adalah penyakit yang paling ditakuti dan mencemaskan. Menurut data WHO 2005 kanker penyebab kematian nomor 2
di dunia, menurut data depkes 2003, kanker penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, sedangakan data Depkes 2004, 100 kasus kanker baru per 100.000
penduduk per tahun, dimanan ada 60% kasus terminal. Salah
satu jenis kanker adalah kanker sel darah putih atau sering disebut dengan
Leukemia. Insiden dari AML adalah 3.7 per 100.000 orang pertahun. Angka
kejadian lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada wanita.
Salah satu jenis
kanker yang ditandai oleh penimbunan sel darah putih abnormal dalam sumsum
tulang adalah leukemia. Menurut WHO (2002) leukemia
terjadi
hampir di seluruh dunia. Registrasi kanker telah mencatat sekitar 250.000 kasus baru per tahun dengan CFR 76%. Dari
100.000 kasus baru kanker, Leukemia Mielositik Akut (LMA) sekitar 2,5%, sementara
Leukemia Limfositik Akut (LMA)
adalah
sekitar 1,3%.10
C.
ETIOLOGI
Penyebab LMA sampai saat ini belum di
ketahui, tetapi sejumlah factor terbukti berpengaruh dan dapat menyebabkan LMA.
Faktor predisposisi LMA
meliputi:
a. Faktor
intrinsik (host)
- Keturunan
Resiko terjadinya LMA
meningkat pada kembar identik penderita LMA, demikian pula pada saudara
lainnya.
- Kelainan
Kromosom
Resiko LMA meningkat
pada penderita kelainan kromosom seperti sindrom Down, anemia fanconi, sindrom
kleinfelter, sindrom bloom, sindrom turner, dan wiskott aldrich.
- Defisiensi
Imun
Sistem imunitas tubuh
memiliki kemempuan untuk mengidentifikasi sel yang berubah menjadi sel ganas.
Gangguan sistem imun dapat menyebabkan beberapa sel ganas lolos dan selanjutnya
berploriferasi hingga menimbulkan penyakit.
b. Faktor
lingkungan
- Radiasi
Adanya efek leukemogenik
dan ionisasi radiasi dari reaksi nuklir,radiasi terapi dan radiasi yang
berhubungan dengan pekerjaan meningkatkan
insidens LMA pada ahli rdaiologi, penderita dengn pembesaran kelenjar
timus, ankilosing spondilitis dan penyakit hodgkin yang mendapat terapi
radiasi.
- Bahan
kimia dan obat-obatan
Pemaparan terhadap
benzene hidrokarbon dalam jumlah besar dan berlangsung lama, individu yang
mendapat pengobatan golongan antrasiklin, agen alkilasi terutama pengguna
melfalan jangka panjang pada kanker ovarium, mieloma multiple,kanker payudara,
mustard nitrogen pada penyakit hodgkin,klorambusil, busulfan, dan tiotepa dapat
meningkatkan resiko LMA.
D.
PENCEGAHAN
Leukemia
sebenarnya penyakit yang sangat rumit yang bisa sangat sulit untuk mendiagnosis
dalam tahap awal, tetapi ada tindakan pencegahan tertentu yang dapat Anda ambil
untuk mencegah penyakit. Langkah-langkah ini juga akan berkorelasi dengan
perubahan dalam gaya hidup seseorang. Bahkan, orang disarankan untuk
menghindari mengekspos diri untuk herbisida, insektisida dan bahan kimia lain
untuk mengurangi risiko penyakit menghubungi. dan para dokter mengklaim
memiliki leukemia, dalam beberapa kasus, mungkin dalam gen garis keturunan
tertentu.
Jika ada
riwayat leukemia dalam garis keturunan, ada probabilitas tinggi memukul anggota
garis keturunan yang sama. Hal ini juga diperlukan untuk melihat dokter untuk
check-up jika seseorang kehilangan berat badan berlebihan pemberitahuan. Dokter
juga mengatakan bahwa orang yang berolahraga secara teratur memiliki kesempatan
yang rendah untuk mengembangkan leukemia.
Meskipun pencegahan Leukemia
adalah diet sulit dapat berkontribusi terhadap penampilan. Masyarakat di mana
sampah dan lemak makanan yang tidak umum mereka mengurangi kemungkinan
mengalami prevalensi leukemia. Jika seseorang telah mengalami beberapa penyakit
darah, kemungkinan lebih besar bahwa ia juga mungkin berisiko tertular
leukemia. Oleh karena itu, perlu bahwa orang seperti itu mencari bantuan medis
sesegera mungkin.
Setiap
kondisi kesehatan kronis bisa sangat sulit untuk menangani, dan kebanyakan
orang memiliki masalah ketika diminta untuk menemui dokter sangat sering,
terutama ketika Anda sakit. Leukemia adalah penyakit yang mencegah penetrasi
efek samping hanya mungkin jika kondisi terdeteksi dini.
E.
PATOFISIOLOGI
Jaringan
pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya
produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan
tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel
akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan ( proliferasi
neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena keusakn sumsum tulang
akibat radiasi, virus onkogenik maupun herediter.
Sel
polimorfonuklear dan monosit normalnya di bentuk hanya dalm sumsum tulang.
Sedangkan limfosit dan sel plasma di hailkan dalam berbagai organ limfogen (
kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang di bentuk
dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai
mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang,
misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel
darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan
pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, atau lainnya)
dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar keseluruh tubuh sehingga sel-sel
darah putih di bentuk pada banyak organ ekstra medula.
Sedangkan
secara imulogik, patogenesis leukemia dapat di terangkan sebagia berikut. Bila
virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur
antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk kedalam tubuh
manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya
sesuai dengan struktur antigen tubuh manusia tersebut, maka virus muda masuk.
Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka
virus tersebut akan ditolaknya. Struktur
antigen ini terbentuk dari struktur antigen alat tubuh terutama kulit dan
selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A ( Human Leucocyte
Locus A). Sisitem HL-A di turunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia
sangat erat kaitannya dengan faktor herediter.
Akibat
proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain
tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme ( terjadi
granulositopeni, trombositopeni). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di
sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung menyebabkan patah
tulang. Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan :
nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala
atau muntah akibat leukemia meningeal.
G.
MANIFESTASI
KLINIS
a. Gangguan
sungsum tulang
-
Anemia : Fatique, wajah pucat
-
Neutropenia, Infeksi demam
-
Penurunan jumlah platelet (perdarahan): ptechie, hemorrage, hematom, epistaksis
- Invasi sungsum tulang dan periosteum: resiko
fraktur, nyeri,lesi osteolitik
b. Infiltrasi,pelebaran,fibrosis
(pembentukan jaringan yang melebihi keadaan normal) Hepatomegali, splenomegali,
dan limfadenopati
c. Sistem
saraf pusat dan meningen
-
Peningkatan TIK,
pelebaran ventrikel : sakit kepala hebat, vomiting, mudah tersinggung, letargi,
papil edema
-
Infiltrasi meningen :
nyeri dan kaku leher, punggung, episode koma
-
Kelemahan ekstremitas
bawah
-
Disfagia
-
Sulit untuk
konsentrasi, gangguan memori (efek dari terapi)
-
Ganggauan penglihatan
d. Hipermetabolisme
-
Pengambilan nutrisi sel
normal oleh sel leukemia : kehilangan berat badan, dan fatique.
H.
PROGNOSIS
Dengan
mengombinasikan dua klasifikasi pertama, maka leukemia dapat dibagi menjadi:
·
Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukemia
paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa
yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih
·
Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada
dewasa daripada anak-anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik
akut.
·
Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang
dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh
dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak
·
Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang
dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit
Tipe yang
sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi
pada anak-anak.
Klasifikasi
:
Dikenal 2 golongan besar leukemia akut :
·
Leukemia limfoblastik akut (LLA) : sel induk
berasal dari sel induk sistem limfoid
·
Leukemia mieloblastik akut (LMA) : sel induk berasal
dari sel induk sistem mieloid
I.
PEMERIKSAN
PENUNJANG
a. Pemeriksaan
darah tepi, berupa :
-
Penurunan jumlah
Hb(5-10mg/dl), hematokrit dan trombosit
-
Jumlah lekosit sangat
berfariasi dari 1000/m 3 sampai 100.00/m3
-
Apus darah tepi
menunjukkan peningkatan jumlah sel-sel blas imatur
b. Aspirasi
sumsum tulang untuk mendapatkan hitung jenis dengan pewarnaan wright dan
giemsa.ditemukan gambaran monotonyaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik
patologis sedangkan sistem lain terdesak, terlihat adanya hiatus leukemia yaitu
keadaan yang memperlihatkan banyaknya sel blas/sel darah putih muda(mieloblas),
beberapa sel tua(segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel yang berada
diantaranya( promielosit,mielosit,metamielosit dan sel batang)
c. Biopsi
sumsum tulang untuk menghitung presentasi selularitas.
-
Sumsum tulang tanpa
maturasi > 90% adalah sel blas, terdapat auer bodies (rods)
d. Foto
thorax untuk mendeteksi penyebaran mediastinal
e. Biopsi
nodus limfe untuk mendeteksi penyebaran penyakit
f. Pungsi
lumbal untuk mendeteksi sel-sel leukemik dengan penyebaran sistem saraf pusat
g. Bone
scan untuk mendeteksi penyebaran ke tulang
h. Renal,
liver,dan spleen scan untuk mendeteksi infiltrate se leukemia
i.
Sitogenik
50-70% dari penderita
LMA mempunyai kelainan berupa:
-
Kelainan jumlah
kromosom seperti diploid (2n), hiploid ( 2n-a), hiperploid (2n+a)
-
Koriotip yang
pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid
-
Bertambah atau
hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
-
Terdapat marker
chromosome yaitu elemen yang secara morpologis bukan merupakan kromosom normal;
dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil.
J.
PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
1. Observasi
-Ukur dan pantau status
hemodinamik setiap 4 jam
-Observasi adanya demam
dan tanda-tanda infeksi.
-Kaji fungsi pernafasan
setiap 4 jam jika masih ada gejala-gejala bila masih ada jika tidak ada lakukan
setiap 8 jam.
-Kaji adanya
perubahan-perubahan status mental setiap 8 jam
-Observasi adanya
tanda-tanda perdarahan minor seperti ptechiae, ekimosis, infeksi konjungtiva,
epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan pada daerah pungsi, bercak vagina.
- Observasi adanya
perdarahan nyata atau samar pada urine, feces atau
Emesis
2. Pencegahan
infeksi
- Tempatkan pasien di
ruang isolasi.
- Hati-hati melakukan tindakan yang dapat
menyebabkan trauma pada
kulit atau membran mukosa.
- Hindari pemakain termometer rectal karena
beresiko melukai anus.
- Hindari pemberian makanan yang meningkatkan
kolonisasi bakterial
pada traktus GI seperti sayuran mentah,
daging yang belum matang.
- Bantu klien melakukan
oral hygiene.
- Pertahankan pasien
untuk tetap tirah baring jika terjadi perdarahan
3. Pendidikan kesehatan.
- Ajarkan keluarga cara
mencuci tangan yang baik serta menghindari
sumber-sumber infeksi seperti lingkungan ,
kunjungan ke rumah
sakit
- Ajarkan keluarga untuk
mengenali dan melaporakan jika timbul tanda
dan gejala infeksi
b. Kolaborasi
-
Hitung jumlah trombosit
setiap hari
-
Hitung jumlah
granulosit, jika konsentrasi di bawah 500µL mengindikasikan resiko yang serius
terhadap infeksi.
-
Antibiotika untuk
mencegah infeksi, analgesik dan anti emetik
-
Kemoterapi Induksi
Kemoterapi awal
biasanya di berikan kombinasi cytarabine ( selama 7 hari) dengan golongan
antrasiklin seperti daunnorubisin ( selama 3 hari). Terapi kombinasi ini
merupan agens induksi yang paling efektif dan memberikan hasil remisi.
Pemeriksaan sumsum tulang
diulang pada minggu kedua setelah terapi untuk melihat respon antileukemik yang
di gunakan. Respon yang positif di tunjukkan dengan adanya sum-sum tulang yang
hiposeluler dan aplastik. Pemeriksaan sumsum tulang di ulang jika hitung sel
darh tepi mulai menunjukkan perbaikan.
Jika tanda-tanda
leukemia berlanjut 3-4 minggu setelah di mulainya induksi atau selularitas
sumsum tulang kembali puli ( tercapainya remisi) diberikan kemoterapi tambahan
( kemoterapi konsolidasi) dengan obat dan dosis yang sama.
-
Transplantasi sumsum
tulang
Biasanya di lakukan
pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada
penderita usia muda ( pada anak) yang menunjukkan remisi yang baik pada awal
pengobatan.
-
Radiasi cranial dan
sitosin arabinosid intratekal dan atau metrotreksat di lakukan jika timbul
gangguan susunan saraf pusat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas
Kelelahan, malaise,
kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
b. Sirkulasi
Palpitasi, tachicardia,
kulit dan membran mukosa pucat, defisit syaraf cranial
c. Eliminasi
Diare, nyeri tekan
perianal, melena, urinemia
d. Integritas
ego
Depresi, menarik diri,
muda tersinggu
e. Makanan/
cairan
Anoreksi, penurunan
berat badan, disfagia, distensi abdomen, penurunan bising usus, splenomegali,
hepatomegali, stomatitis, hipertrofi gusi.
f. Neurosensori
Penurunan koordinasi,
pusing.
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen, sakit
kepala, nyeri tulang/sendi, gelisah, focus pada diri sendiri.
h. Pernapasan
Nafas pendek, dispnea,
takipnea.
i.
Keamanan
Riwayat infeksi,
perdarahan spontan dengan trauma minimal, demam, infeksi, perdarahan gusi,
epistaksis, splenomegali, hepatomegali, limpadenopati.
j.
Penyuluhan/Pembelajaran
Keluarga kurang
informasi tentang prognosis penyakit, kebutuhan pengobatan dan terapi.
B.
ANALISA DATA
·
Subjektif
Klien
sering mengeluh letih , lesu lemah dan mudah kelelahan, di bagian badan
terdapat lebab
·
Objektif
Terdapat
lebab, terajadi epitaksis, sering mengalami peningkatan suhu tubuh dan tidak
sembuh dengan obat intipiretik
C.
PRIORITAS MASALAH
a. Resiko
infeksi berhubungan tidak kuatnya pertahanan sekunder : gangguan kematangan sel
darah putih ( penurunan granulosit)
b. Resiko
perdarahan berhubungan dengan trombosit yang rendah.
c. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui muntah,
perdarahan, penurunan masukan cairan mual, anoreksi, peningkatan kebutuhan
cairan status hipermetabolik, demam.
d. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kutang
e. Nyeri
berhubungan dengan agen fisikal : pembesaran organ/ nodus limfe, infiltrasi
sumsum tulang oleh sel leukemik, agen kimia pengobatan leukemik
f. Intolenransi
aktifias berhubungan dengan kelemahan, pembatasan aktivitas ( tirah baring)
g. Kurang
pengetahuan tentang proses penyakit, kebutuhan pengobatan.
D.
PERENCANAN
Dx
1. Resiko infeksi berhubungan tidak kuatnya pertahanan sekunder : gangguan
kematangan sel darah putih ( penurunan granulosit)
Tujuan : Meelakukan tindakan
pencegahan/menurunkan resiko infeksi
Kriteria Hasil : Menunjukkan perubahan
pola hidup untuk meningkatkan keamanan lingkungan Meningkatkan penyembuhan
Intervensi keperawatan :
1. Tempatkan
klien pada ruangan khusus.Batasi pengunjung sesuai indikasi
2. Berikan protokol untuk mencuci tangan yang baik untuk
petugas dan pengunjung.
3. Ukur
suhu, perhatikan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi.Observasi
demam sehubungan dengan takikardia , hipotensi, perubahan mental samar.
4. Berikan
kompres hangat
5. Inspeksi
kulit untuk nyeri tekan ,area eritema tosus, luka terbuka,bersihkan kulit
dengan larutan anti bakterial.
6. Lakukan
oral hygiene,gunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
7. Jaga
kebersihan perianal
8. Dorong
peningkatan ,masukan makanan tinggi protein dan cairan
9. Hindari/batasi
prosedur invasif ,contoh : tusukan jarum dan injeksi bila memungkinkan.
10. Kolaborasi
: pemerikasaan darah lengkap ,perhatikan apakah SDP turun atau tiba-tiba
terjadi perubahan neurotropil
11. Kultur
gram atau sensitivitas
12. Berikan
obat sesuai indikasi contoh: antibiotik
13. Hindari
antipiretik yang mengandung aspirin
14. Berikan
diet rendah bakteri ,misal : makanan dimasak,diproses.
Dx.2 Resiko perdarahan
berhubungan dengan trombosit yang rendah.
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil :
-
Jumlah trombosit lebih dari 20.000mm3
-
Ptekie tidak ada
-
Epitaksis dan hematuri
tidak ada
Intervensi keperawatan
:
1. Kaji
tanda-tanda perdarahan klien
2. Anjurkan
klien untuk istirahat selama perdarahan aktif,observasi penurunan nadi dan
tekanan darah
3. Kolaborasi
dalam pemberian transfusi darah sesuai program dokter
4. Kolaborasi
dengan tim medis dalam mengontrol perdarahan
5. Monitor
hasil laboratorium
Dx.3 Resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui muntah, perdarahan,
penurunan masukan cairan mual, anoreksi, peningkatan kebutuhan cairan status
hipermetabolik, demam.
Tujuan : Menunjukkan
intake cairan yang adekuat
Kriteria hasil:
-
Tanda-tanda vital
stabil
-
Nadi teraba
-
Menunjukkan perubahan
perilaku mencegah terjadinya defisit cairan
Intervensi
keperawatan:
1. Catat
intake –output per 24jam
2. Timbang
berat badan tiap hari
3. Ukur
tekanan darah dan frekuensi jantung
4. Evaluasi
turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa
5. Observasi
adanya mual, demam.
6. Inspeksi
kulit atau membran mukosa untuk petekie , area ekimosisi, perhatikan perdarahan
gusi, darah warna karat atau samar pada faeses dan urine, perdarahan lanjut
dari sisi tusukan invasif
7. Ajarkan
keluarga tentang tindakan untuk mencegah cedera jaringan/perdarahan, contoh:
sikat gigi/gusi dengan sikat gigi halus, usapan kapas.
8. Kolaborasi dalam memberikan diet halus
9. Berikan
cairan IV sesuai indikasi
10. Observasi
pemeriksaan laboratorium, contoh :Hb, Ht,pembekuan
11. Berikan
transfusi,SDM, Trombosit,faktor pembekuan
12. Pertahankan
alat akses vaskuler,central,eksternal(katheter subclavia, tunneld,atau port
implan)
13. Berikan
obat sesuai indikasi,contoh : ondancentron/Zofran, pelunak faeses
Dx.4
Nyeri berhubungan dengan agen fisikal : pembesaran organ/ nodus limfe,
infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemik, agen kimia pengobatan leukemik
Tujuan
: melaporkan nyeri hilang atau berkurang
Kriteria
hasil :
-
Klien bisa istirahat
-
Tidak gelisah
Intervensi
keperawatan :
1. Evaluasi
keluhan nyeri.perhatikan perubahan derajat dan sisi (Skala 0-10)
2. Ukur
tanda vital, perhatikan petunjuk non verbal misalnya : tegangan otot, gelisah.
3. Tempatkan
pasien pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan bantal atau
bantalan
4. Ubah
posisi secara periodik dan berikan /bantu latihan rentang gerak lembut
5. Berikan
tindakan kenyamanan ,misalnya : pijatan, kompres dingin, dan dukungan
psikologis
6. Berikan
aktivitas pengalihan seperti membaca buku cerita
Dx5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang
Tujuan : Memperthankan kondisi
pasien.
Kriteria Hasil :
-
Klien makan atau minum,
berat badan stabil
-
Muntah minimal atau
tidak ada
-
Diare tidak ada atau
minimal
Intervensi
keperawatan :
1. Monitor
berat badan tiap minggu
2. Catat
jumlah kalori dan makanan yang dihabiskan
3. Kaji
muntah dan obat yang diberikan
4. Kaji
keutuhan mukosa mulut dan motivasi klien untuk perawatan mulut dan evaluasi
5. Motivasi
klien untuk makan porsi kecil
6. Kolaborasi
pemberian antibiotik dan analgetik topikal serta pemberian diet tinggi kalori
dan protein.
Dx. 6 Intolenransi aktifias
berhubungan dengan kelemahan, pembatasan aktivitas ( tirah baring)
Tujuan
: Mampu lakaukan aktivitas sesuai toleransi
Kriteria
hasil :
-
Berpartisipasi selama
tindakan perawatan
-
TTV dalam batas normal
Intervensi
keperawatan :
1. Evaluasi
kelemahan, kemampuan berpartisipasi selama tindakan keperawatan/aktivitas
2. Bantu
ambulasi / aktivitas lain sesuai indikasi
3. Melakukan
kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
Dx.7
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, kebutuhan pengobatan
Tujuan
: keluarga menyatakan pemahaman terhadap
proses penyakit, kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil :
-
Keluarga melakukan
perubahan perilaku sesuai penyuluhan
-
Keluarga berpartisipasi
dalam program pengobatan
Intervensi
Keperawatan :
1. Evaluasi
ulang pemahaman keluarga
2. Berikan
informasi kepada keluarga mengenai program pengobatan dan kemungkinan efek
samping, proses penyakit
E.
EVALUASI
·
Infeksi tidak terjadi
·
Volume balance cairan
dan intake cairan adekuat
·
Nyeri hilang /
terkontrol
·
Melakukan aktivitas
sesuai batas toleransi
·
Menunjukkan pemahaman
dan perubahan perilaku.
F.
PERSIAPAN PASIEN PULANG
1.
Jadwal control
ke dokter di RS
2.
Jadwal
Pemeriksaan laboratorium sebelum control
3.
Cara minum obat
di rumah
4.
Perawatan CVAD
bila terpasang : jadwal, tempat, petugasnya, teknik steril
5.
Hindari kontak
langsung dengan orang lain yang sedang kurang sehat untuk menghindari infeksi
6.
Segera ke pusat pelayanan
kesehatan bila ada keluhan seperti : perdarahan, febris, mual/ muntah hebat,
dan diare.
BAB
III
PEMBAHASAN
KASUS
·
PENGKAJIAN
Identitas Klien Tgl Pengkajian :
6/11/2013
Nama :
Nn. Yarisa Ruangan : RIIM
Usia :
25 Than No.
Registrasi : 15-51-99
JK :Perempuan TB/BB : 1170/47 kg
Status perkawinan : Lajang Golda : O
Pendidikan :
sdng Kuliah
Pekerjaan :
Mahasiswa
Agama :
Islam
Alamat :
Bandung
Diagnosa Masuk :
AML-M4 Pro Konsolidasi Lam 8
·
RIWAYAT
KESEHATAN
I.
STATUS KESEHATAN SAAT INI
Nn, Y di rawat di RIIM sejak tanggal 16
Oktober 2013 dengan diagnose AML-M4 pro kemotherapi konsolidasi LAM 8 ke 2, alasan kunjungan yaitu Kemoterapi Agresif
(sistemik), awalnya kemoterapi I dan 2 di berikan di RIIM. Keluhan saat ini hanya
mengeluh mual dan kadang-kadang badan suka trerasa dingin.
II.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a.
Penyakit Yang Pernah Dialami
Penyakit yang pernah dialami yaitu AML –M4
post induksi LAM 8, post konsolidasi I LAM 8 dirawat pada tanggal ………., Rwt
Alergi tidak ada, Kebiasaan merokok (-),
minum alcohol (+), Obat-obatan (-), setelah diberikan kemo 1 rambut rontok,
mual, muntah, dan diare
III.
Riwayat Kesehatan keluarga
Genogram
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang pernah mengalami
penyakit yang serupa dengan dirinya .
·
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda- tanda Vital : TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/mnt, S = 36,5
˚C, RR = 20 x/mnt
Tingakt Kesadaran : Composmentis GCS 15 Ku: sakit sedang
1. NUTRISI
Keluhan yang
disarakan klien yaitu klien merasa mual,
sariawan (-). Kebiasaan pola makan klien teratur 3x/hari , klien
mengatakan tidak begitu menyukai makanan yang disediakan oleh RS, nafsu makan kurang
baik, minuman diberikan 2 gelas dalam satu kali dinas hanya menghabiskan 1
gelas.
Pengkajian
Nutrisi : mulut benjolan (-),
stomatitis (-), bau (-)
Gigi : tidak
lengkap
Lidah : benjolan
(-), kotor (+), nyeri (-)
Esophagus : reflex menelan ada
Tenggorokan : tidak ada keluhan
Abdomen : bising usus 12-16
x/m, suara typhani
Gangguan
Sal.Cerna : nyeri (+), mual (+),
muntah (-), distensi (-), asites (-), tumor (-), luka (-)
Intake nutrisi : oral
2. ELIMINASI
Tidak ada Keluhan eliminasi,
BAB/BAK lancer.
3. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Mobilisasi klien semampunya.
Aktivitas makan dan minum dilakukan sendiri.
4. SIRKULASI
Tanda- tanda Vital : TD = 110/70
mmHg, N = 80 x/mnt, akral hangat, BJI-II regular normal, murmur negative,
gallop negative. Infuse CVC terpasang
Tidak ada keluhan pada sirkulasi.Hb
9,1
5. PERNAFASAN
Jalan
nafas paten, sputum -, RR 20x/mnt, irama teratur, suara nafas vesikuler, batuk
(-), rh -/-, wh -/-
6. KENYAMANAN
Keluhan nyeri tidak
ada ROM aktif.. Luka (-), dekubitus (-),
7. SEKSUALITAS
Pola seksualitas klien selama kemoterapi
induksi LAM 8 pernah mengalami
menstruasi dan pernah di konsulkan ke dokter SpOG. Klien mendapatkan terapi
Yasmin 1 x 1
8. PSIKOSOSIAL
Suasana
klien tampak tenang, emosi stabil, kepribadian terbuka, komunikasi jelas,
pertahanan /koping terhadap pengambilan keputusan dibantu, yang dilakukan bila
stress yaitu nonton film. Sistem nilai kepercayaan yaitu beragama Islam.
·
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Radiologi
Thorax
Hasil Foto Thorak
terakhir tanggal 16/9/2013 tidak tampak kelainan pada janjung dan paru.
3. Echocardiography
1.
Katub-katub tidak tampak kelainan
2.
Dimensi ruang jantungtak ada kelainan
3.
Fungsi system LV tak, (EF 55 %)
4.
Fungsi diastole LV terganggu 1E/A
Kesimpulan: normal LV system
fungsi diastolis dysfungtion.
·
PENATALAKSANAAN
MEDIS
·
Setrovel 2 x 5 m
·
Meronem 3 x 1 gr/ drip dlm ns 100 cc habis dalam
30’
·
Amikasin 1 x 1000 mg iv bolus
·
Diflucan Drip 1 x 200 mg
·
Tamoliv 3 x 1000 mg bila febris ≥ 38,5° C
·
Activan 1 x 0,5 mg
·
Urdafalk 3 x 1
·
HpPro 3 x 2
·
Yasmin 1 x 1
·
Cravit 1 x 500 mg
·
Cpsul Campur ( valsatron 5 mg, bisoprolol 1,25
mg, spirolacton 3,125 mg 1 x 1
Protokol Kemoterapi
·
Infuse Dexinsaline 500 cc 8 jam/kolf
·
Hari 1 ---- Premodikasi :
1.
sentrovel 5 mg/iv/12jam
2.
Rantin 1 Amp/ iv
3.
Diphenhidramin 1 Amp/ iv
4.
Dekamethason 1 Amp/ iv
·
Hari 1 ----Obat Kemoterapi : TB : 170 cm BB : 47 Kg LPB : 1.52
Ø
D1 : Drip dourobicin 69 mg dalam NaCl 0,9% 100
cc selama 1 jam, bilas Nacl 0,9% 10 menit
Ø
Bolus ara C/Alexan D 1 : 75 mg/IV /12 jam, D2
s.d D7 : 82 mg/ iv/ 12 jam
Ø
Drip ara C/Alexan D1 : 164 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24
jam, D2 s.d D7 Drip ara C/Alexan D1 :
150 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24 jam
·
Kembali ke IVFD dexinsaline 500 cc 8jam/kolf.
Protokol Konsolidasi LAM 8
B. ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF
·
klien mengeluh mual
·
Klien mengatakan ada riwayat muntah pada saat
kemo induksi & konsolidasi 1
·
klien mengeluh kurang nafsu makan
·
Klien mengeluh suka merasa badannya dingin
·
Klien mengatakan di ekstremitas bawah ada
bintik-bintik merah
DATA OBJEKTIF
·
Kesadaran CM
·
Terpasang CVAD di subklavikula kanan
·
Ku Sakit sedang
·
Kebiasaan pola makan klien teratur 3x/hari
(Diatur pemberianx oleh Gizi
·
Nafsu makan setelah kemo menurun.
·
Porsi makan sepiring kadang habis, kadang tidak
habis
·
Pos kemoterapi konsolidasi Lam 8 hari ke 15
·
Infuse CVC terpasang
·
Leukosit 0,24 (5-10)
·
Trombosit 51 (150-450)
·
Aktivitas semampu klien
·
Hb 9,1 (12-16)
·
TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/mnt
·
Makan Habis ½ porsi
·
Mual (+), muntah (-)
·
BB : 47 kg TB : 170 cm, BB sebelum di rawat : 50
Kg
·
Tanda- tanda Vital : TD = 110/70 mmHg, N = 80
x/mnt, S = 36,5 ˚C,
RR = 20 x/mnt
·
CVP jam 12.00 :
ANALISA DATA
C. PRIORITAS MASALAH
1. Risiko
Tinggi infeksi b. d Pasca Kemoterapi: Leukopenia
2. Risiko
tinggi perdarahan b.d Pasca Kemoterapi: Trombositopenia
3. Risiko
tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d Pasca kemoterapi: Mual
& muntah , Anoreksia, Intake Yang Kurang
4. Risiko
tinggi deficit volume cairan b.d Pasca kemoterapi: Mual & muntah Diare
D. RENCANA KEPERAWATAN
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
EVALUASI
F. PERSIAPAN PASIEN PULANG
1.
Jadwal
control ke dokter di RS
2.
Jadwal
Pemeriksaan laboratorium sebelum control
3.
Cara
minum obat di rumah
4.
Perawatan
CVAD bila terpasang : jadwal, tempat, petugasnya, teknik steril
5.
Hindari
kontak langsung dengan orang lain yang sedang kurang sehat untuk menghindari
infeksi
6.
Segera
ke pusat pelayanan kesehatan bila ada keluhan seperti : perdarahan, febris,
mual/ muntah hebat, dan diare.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Leukimia
Mielogenus Akut adalah salah satu jenis leukemia dimana sel malignan yang
bersifat predominan adalah monosit atau granulosit.
2.
Penyebab
LMA sampai saat ini belum di ketahui, tetapi sejumlah factor terbukti
berpengaruh dan dapat menyebabkan LMA.
3.
Pasien yang dikaji dalam kelompok kami yaitu Nn.
Y di rawat di Ruang RIIM sejak tanggal 16/10/2013 dengan diaagnosa AML-M4 pro
konsolidasi LAM 8 yang ke 2, alasan kunjungan yaitu Kemoterapi Agresif
(sistemik), beliau mendapatkan 3 jenis obat yatu :
Ø
D1 : Drip dourobicin 69 mg dalam NaCl 0,9% 100
cc selama 1 jam, bilas Nacl 0,9% 10 menit
Ø
Bolus ara C/Alexan D 1 : 75 mg/IV /12 jam, D2
s.d D7 : 82 mg/ iv/ 12 jam
Ø
Drip ara C/Alexan D1 : 164 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24
jam, D2 s.d D7 Drip ara C/Alexan D1 :
150 mg dalam NaCl 0.9% 500cc selama 24 jam
4.
Diagnose yang diangkat ada 4 yaitu:
·
Resiko Tinggi Infeksi
·
Resiko Tinggi Perdarahan
·
Resiko Tinggi Perubahan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan
·
Resiko Deficit Volume Cairan
B. SARAN
·
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi bahan
pembelajaran pelatihan kemoterapi, dan dapat dijadikan bahan bacaan bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://astaqauliyah.com/2010/07/referat-kedokteran-etiologi-dan-patofisiologi-penyakit-leukimia/
(Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
http://emweje.com
(Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
http://baihidlajiandra.blogspot.com/2011/12/tanda-dan-gejala-serta-pemeriksaan.html
(Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
http://www.parkwaycancercentre.com/bahasa-indonesia/education/leukemia
(Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
http://nurse-poltekkes.blogspot.com/2012/03/askep-leukemia.html
(Online) diakses pada tanggal 6 November 2013
(2008),
Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi,
Ns.Wiwik Handayani,S.Kep dan dr. Andi Sulistyo Heribowo, Salemba Medika
Aswill and Droske (1997), Nursing Care of
Children Principle and practice
Online ) diakses
tanggal 6 November 2013
(2008), Standar Asuhan Keperawatan Kanker Edisi
Revisi III Lampiran SK. NO:
HK.00.06/I/5596/2008.
Rumah Sakit Kanker Dharmais.
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Askep Pada Klien Dengan AML
Minggu, 12 April 2015
Langganan:
Postingan (Atom)